Sehari menjelang Idul Adha, keluarga besar kantor ayahku memotong seekor sapi. Sejak dini hari rumahku sudah ramai. Suara orang-orang yang ramai mempersiapkan acara potong sapi membuatku dan adikku Sulthan cepat-cepat bangun.... walaupun hari itu hujan deras turun dari malam.
Ketika hari mulai terang, hujan bertambah deras. Karena kami belum mandi ayah menyuruh kami mandi hujan, karena air hujan yang turun terasa hangat. Adikku Sulthan langsung membuka bajunya dan berlari riang di bawah hujan deras, aku sih malas, soalnya masih pagi jadi rasanya masih dingin.
Tiba-tiba adikku terpeleset di teras musholla, mukanya jatuh dibawah tower internet dan mengenai ujung tiang tower. Tadinya mamahku tenang aja, tapi setelah melihat darah mengucur di muka Sulthan segera dia panik dan mengajak ayah ke rumah sakit, suasana jadi heboh, karena ayah dan mamah tergesa2 ke rumah sakit. Aku cepat2 menyelinap ikut di mobil yang membawa Adek ke rumah sakit.
Di rumah sakit aku menunggu di luar karena gak tahan mendengar adikku berteriak2. Adikku berteriak bukan karena sakit tapi gak mau ketemu dokter, soalnya adikku pernah dijahit alisnya waktu jatuh dulu. Jadi dia takut melihat alat-alat dokter..... ih jangankan adikku yang masih kecil aku juga takut, waktu mau dites darah karena malaria hatiku juga ciut, tapi setelah dicoba ternyata gak terlalu sakit kok...!!
Mamah juga menunggu di luar karena dia gak tahan melihat adik dijahit. Jadi yang pegang adikku waktu lukanya dijahit ya ayah sama Om Andi. Om Andi itu suami Ayukku, namanya Ayuk Ansi, dia yang ngasuh kami sehari-hari.
Akhirnya setelah dijahit lukanya kami pulang. Adikku langsung minum obat dan tidur. Waktu bangun dia langsung minta main hujan lagi...... Wah, kok gak kapok2 ya?
Sorenya adikku sudah lari-lari lagi. Tambah jatuh kok adikku tambah gak bisa diem ya... aku jadi heran deh.
Oleh : Nuh MM Siam